Thursday 28 April 2011

Cerita motivasi tentang bekerja keras tanpa hasil

Ada seorang pemuda. Dia tertarik dengan balap sepeda. Setelah mengumpulkan uang, akhirnya dia mampu membeli sebuah sepeda balap.
Dengan senang hati, dia mencoba sepeda balap tersebut. Setelah beberapa hari mencoba, dia kecewa berat. Dia tidak bisa mengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi. Bagaimana pun dia mengayuh, tetap saja sepeda berjalan dengan lambat. Akhirnya dia membawa sepeda tersebut ke tempat dimana dia membelinya.
“Pak, Anda menipu saya! Katanya ini sepeda balap, koq larinya lambat banget. Bahkan kalah oleh sepeda biasa.” katanya sambil marah-marah kepada penjual sepeda.
“Yang benar pak? Padahal pembalap nasional saja menggunakan sepeda seperti ini. Mereka bisa cepat koq?” kata penjual sepeda, keheranan.
“Buktinya? Saya sudah sekuat tenaga mengayuh, tetap saja lambat.” katanya menaikan nada suaranya.
“Mungkin ada yang rusak pak. Boleh saya periksa?” tanya penjual sepeda tetap tenang.
Kemudian dia memeriksa sepeda. Setelah beberapa saat dia berkata:
“Tidak ada yang rusak pak, kondisinya 100% .”
“Tapi.. kenyataannya? Sepeda itu lambat! Coba saja sendiri jika tidak percaya.” kata pemuda tersebut tetap pada nada tinggi.
“Baik pak, akan kami coba.” kata penjual sepeda sambil memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mencoba sepeda tersebut.
Wussss…. setelah beberapa saat, sepeda itu melaju dengan kencangnya. Jelas saja membuat pemuda tadi bengong.
“Koq bisa yah?”, kata pemuda tadi bingung.
“Silahkan dicoba lagi. Saya mau lihat cara Anda membawa sepeda.” kata penjual sepeda sambil tersenyum lega, sebab sepedanya memang tidak apa-apa.
Pemuda tersebut mencoba mengayuh sepeda. Dia mencoba mengayuh dengan cepat dan sekuat tenaga. Memang benar, sepedanya tidak melaju dengan cepat. Usaha si pemuda mengayuh sepeda terlihat sia-sia karena sepedanya tidak juga melaju dengan cepat. Akhirnya, dengan badan penuh peluh, dia menghampiri penjual sepeda.
“Apa yang salah yah?”, katanya sambil tetap bingung.
Penjual sepeda tersenyum. Dia sudah menemukan dimana letak kesalahannya.
“Secepat apa pun Anda mengayuh, kecepatannya tidak naik dengan berarti jika Anda tetap di gigi satu.” kata penjual sepeda menjelasnya.
“Oh… jadi harus pindah gigi yah? Bagaimana caranya?”, kata pemuda tersebut sambil menahan malu. Mukanya merah padam. Jika tadi merah karena marah, sekarang merah karena malu.
***
Hikmah Cerita Motivasi Ini:
Mengapa pemuda tersebut hanya menggunakan gigi satu? Betul, karena dia menganggap sepeda itu hanya memiliki satu gigi. Bagaimana pun dia bekerja keras, dia tetap saja menyia-nyiakan potensi sepeda itu sebenarnya.
Begitu juga dengan kita. Kita akan bertidak sesuai dengan anggapan kita terhadap diri kita. Jika kita menganggap bahwa potensi kita hanya sebatas apa yang sudah kita dapatkan, mungkin kita juga menyia-nyiakan potensi diri kita sebenarnya.
Life is like a ten-speed bike. Most of us have gears we never use. ~Charles Schultz

Friday 18 March 2011

Kisah Motivasi Jenderal Besar Napoleon Bonaparte

Napoleon Bonaparte,Anda Mungkin Tentunya Tidak Asing Mendengar Nama itu,Nama Seorang Jendral Besar Yang Sampai Saat ini Namanya Masih Mengukir Sejarah Dunia.

Kisah ini terjadi di zaman Napoleon, Jenderal Besar Perancis. Ketika itu, Jenderal Besar Napoleon ini sedang berjalan-jalan sendirian tanpa ditemani pasukannya. Namun apes, dalam perjalanannya, Jenderal Napoleon ini berjumpa dengan pasukan Rusia, musuh perangnya. Karena sendirian, dan jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, akhirnya Napoleon pun melarikan diri dari pasukan musuh. Ia berlari kencang. Pasukan musuh mengejar di belakangnya. Napoleon berlari cepat, ia mencari persembunyian. Ia berjumpa dengan seorang pria tua.

“Pak, saya sedang dikejar-kejar pasukan musuh. Saya butuh tempat persembunyian. Bisakah bapak membantu saya dengan memberikan tempat persembunyian?”tanya Napoleon.

Pria tua ini sedikit bingung. Ia menunjuk ke arah tumpukan jerami yang ada di pojok rumahnya.

“Sembunyi di balik tumpukan jerami itu saja,”ucap pria tua ini.

Lantas Napoleon pun bersembunyi di balik tumpukan jerami itu.

Pasukan musuh pun, tiba. Pasukan ini mencari-cari Napoleon, sang Jenderal besar. Setelah mencari kesana kemari, namun tidak menemui Napoleon, akhirnya bertanyalah pasukan musuh ini pada pria tua. Karena gugup diinterogasi, pria tua ini diam saja,namun matanya sempat mengerling ke arah tumpukan jerami. Dan sinyal ini dilihat oleh pasukan Rusia. Lantas beberapa orang pasukan Rusia menusuk-nusukkan bayonet mereka ke arah tumpukan jerami. Pasukan Rusia ini menusukkan bayonet mereka hampir di setiap sisi tumpukan jerami itu. Kemudian mereka berlalu karena merasa tidak mendapatkan apapun atau mendengarkan apapun dari balik tumpukan jerami itu.

Setelah beberapa menit kemudian, sesosok tubuh muncul dari tumpukan jerami itu. Tubuh itu tubuh Napoleon. Ia masih berdiri gagah, tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya. Yang nampak hanyalah keringat membasahi tubuhnya. Tak lama kemudian, datang sekumpulan pasukan Perancis, menyelamatkan jenderal Perang mereka, si Napoleon.

Orang tua itu bertanya pada Napoleon :”Wah, Anda hebat sekali bisa selamat dari tusukan-tusukan bayonet pasukan Rusia. Bagaimana perasaan Anda ketika berada di dalam tumpukan jerami itu sedangkan bayonet-bayonet pasukan musuh menusuk-tusuk beberapa bagian jerami?”

Napoleon tidak menjawab. Dia malah memerintahkan para perajuritnya :
“Tangkap pria ini”

Kemudian Napoleon pun berkata pada pria tua itu :”Kamu sudah secara tidak langsung memberitahukan kepada pasukan musuh tadi dimana posisi saya. Dan kamu sebagai hukumannya akan dihukum mati oleh pasukanku. Kamu akan ditembak mati”

Pria tua ini kaget, dia merasa takut sekali bahwa dia akan dihukum mati.

“Ohh..ampunkan saya Bapak Jenderal. Saya mohon ampun. Tolong saya jangan dihukum mati,”pinta pria tua ini.

Namun si Napoleon tidak menghiraukan permintaan pria tua ini.
“Ikat tangan pria tua ini. Tutup matanya dengan kain hitam agar ia tidak dapat melihat senjata-senjata yang akan menembak dia hingga mati. Bawa dia ke dekat jerami itu, dan biarkan dia berdiri di situ,dan kalian siapkan 10 orang penembak terbaik untuk menembak dia,”perintah Jenderal Napoleon pada pasukannya.

Lantas pasukan Perancis ini pun menuruti perintah jenderalnya. Pria tua ini merasakan tangan-tangannya diikat dan matanya ditutupi sehelai kain gelap sehingga ia tidak bisa melihat apapun. Ia pun mendengarkan suara-suara senapan yang sedang disiapkan untuk menembak ke arahnya. Ia pun mulai mendengarkan aba-aba siap tembak. Tubuhnya bergetar, terasa hilang berat badannya, ia pun merasakan dingin dan gemetar, sesaat kemudian ia akan ditembak mati. Pria tua ini merasa sangat ketakutan dan tak lama kemudian ia pun mendengarkan suara si Napoleon memberikan perintah penembakan.
“Tembak”

Pria tua ini tidak bisa berdiri lagi, didengarnya suara pelatuk senapan. Ia terduduk lemas, namun ia masih bisa merasakan denyut jantungnya dan nafasnya. Ia masih hidup. Namun terasa celananya basah, ternyata oleh air seninya dikarenakan ketakutan yang amat sangat bakal ditembak mati. Ternyata hukuman mati itu tidak jadi diberlakukan. Sang Jenderal besar Napoleon menghampiri dirinya dan berkata:” Kalau kamu tadi bertanya bagaimana perasaan saya ketika di dalam tumpukan jerami yang ditusuki oleh sekumpulan bayonet, Kamu sudah merasakannya barusan. Silahkan rasakan sendiri, karena saya tidak bisa menceritakannya padamu. Selamat merasakannya sendiri.”

Sang Jenderal Napoleon pun berlalu bersama perajuritnya setelah itu.

Nah, inilah cerita yang disampaikan oleh teman saya tadi, seorang pengusaha sukses.

Rasakanlah sendiri bagaimana Sukses itu!! Rasakanlah sendiri bagaimana menjadi orang sukses!! Rasakanlah sendiri bagaimana perasaan orang ketika mencapai kesuksesannya!! Membaca cerita-cerita sukses atau cerita motivasi boleh-b0leh saja, tapi alangkah bagusnya kalau anda sendiri merasakan suksesnya dan anda sendiri rasakan perasaannnya juga nantinya ketika anda akan menceritakan perjalanan sukses, perasaan sukses anda pada orang lain. Rasakanlah sendiri betapa indahnya ketika berhasil mencapai suatu kesuksesan!! Sehingga anda bisa membagikan kesuksesan anda, motivasi anda, pada orang-orang lain..!!!

Selamat Meraih Kesuksesan dan Merasakan sendiri bagaimana sukses itu!!!

Thursday 17 March 2011

Cerita Motivasi: Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?””Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Cerita Motivasi: Tahta untuk Sang Puteri

Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilihnya menjadi President & CEO menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun susah payah lebih dari setengah abad? Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.
Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga Kennedy. Naluri judinya gede, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas, kreatif, namun lihai dan licin.
Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. bidang kimia dari universitas beken di Amerika, ia lulus dengan predikat magna cum laude. Papernya bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah yang cuma lulus SMP zaman Jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi menjadi CEO, ia terlalu akademis. Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.
Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulus S1 dalam negeri. Meskipun sejak lima tahun terakhir ia bergabung dengan usaha ayahnya sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing sebagai wiraniaga (marketing executive). Ia merangkak dari bawah hingga 15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah brilian dibanding kedua kakaknya. Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan gagasan bisa diolahnya dengan dalam. Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.
Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilih an Anda menggantikan sang patriarch menjadi President & CEO?
Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu. Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk itu. Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi. Jadi ia kalah status, gelar dan gender.
Bagaimana jalan keluarnya? Konsultan angkat tangan. Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah. Lalu dipanggilnya ketiga anaknya. Dibentangkannya persoalan secara gamblang. Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga. Dialog pun dimulai. Dan si ayah segera maklum, dead lock akan terjadi.
“Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku,” kata orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut. Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian.
“Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah penggantiku,” katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi empat kursi dan sebuah meja bundar. “Budget maksimum Rp1 juta,” tambahnya lagi.
Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya. Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat.
“Bagus, besok giliranmu,” kata si ayah kepada anak keduanya. Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran styro- foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas packaging.
“Oke, besok giliranmu,” kata sang patriarch menunjuk putrinya. Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong. “Lho, kok kosong?” tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin. Ditaruhnya di atas meja. Lalu disulutnya dengan sebatang korek api.
“Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada celah kosong tak tersinari,” katanya kalem.
Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.

Lengkap, Prosedur Pelaporan Insentif Pajak Final UMKM

Ditengah maraknya pandemi virus corona, banyak pelaku usaha mengalami gejolak finansial terutama dari menipisnya sejumlah permintaa...